Itusemua hanyalah gimik belaka untuk menakut-nakutkan manusia malah tiada hadis sahih yang mengatakan belajar tanpa guru umpama belajar dengan syaitan.Bagaimana kita boleh begitu pasti mereka kemungkinan boleh jadi sesat sedangkan apa yang kita lihat sekarang kebanyakannya yang berguru adalah yang sesat. Lihat sajalah senarai ajaran-ajaran

Mangunwijaya pernah mengatakan, “Guru bagaikan bidan yang membantu lahirnya perkembangan karakter, pengetahuan, dan keterampilan yang dibawa oleh masing-masing anak.” Setiap anak sejatinya memiliki kecerdasan yang amat spesial. Mereka memiliki modal dasar dalam tumbuh kembangnya sebagai manusia. Tugas pendidikan adalah memupuk bakat anak kita dan mengawal kecerdasannya tumbuh optimal. Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa tugas seorang guru adalah menyelam ke jiwa anak. Dengan menyelam ke jiwa anak, guru dapat menuntun anak memahami diri dan lingkungannya. Guru dapat mendorong anak didiknya mengoptimalkan apa yang menjadi kecerdasan yang menonjol pada diri anak itu. Baca juga Guru Menurut Willem Iskander Peran Guru Peranan seorang guru bukanlah hal yang mudah. Menjadi guru memerlukan kesabaran dan cinta kasih. Kerja seorang guru tidak sekadar menyiapkan pembelajaran dan mendidik anak didiknya. Kerja guru adalah mendidik anak sesuai kodrat alam. Artinya guru tidak boleh melupakan dasar alamiah anak sebagai makhluk bermain. Mereka anak-anak harus diajak sebisa mungkin terus merasakan senang dan gembira dalam belajar. Dalam belajar di sekolah itu pula guru mesti memahami kodrat alam atau situasi zaman yang melingkupi si anak didik. Semakin ke depan tantangan pendidikan menjadi tidak mudah. Ruang belajar yang semakin modern dan tak seluas dulu, tangan dan kaki anak-anak kita tidak seperti anak-anak di masa lalu yang akrab dengan alam. Mereka anak-anak sekarang adalah anak yang intim dengan gadget dan ponsel pintar, pergaulan mereka juga tidak seluas anak-anak di masa lalu. Televisi menjadi teman keseharian yang sering dipeluk ketimbang pohon dan juga hewan-hewan di persawahan. Anak-anak kita semakin jauh berjarak kepada kebudayaannya sendiri. Gamelan, gendhing, serta kesenian tradisional kepunyaan mereka makin tak bisa dijangkau dan berjarak. Dalam keadaan seperti itulah, peranan guru diperlukan. Ki Hajar Dewantara [1927] telah menyindir keras situasi ini puluhan tahun lampau. Ia mengatakan, ” Kita hidup seperti orang yang menumpang di hotel kepunyaan orang lain, tak mempunyai nafsu akan memperbaiki atau menghiasi rumah yang kita tempati, karena tak ada perasaan bahwa rumah itu rumah kita. Hidup kita seperti di hotel asal makan, enak tidak enak, dapat plesir-plesir, sudah cukup, itulah hidup orang borjuis.” Kebudayaan dan khazanah tradisional yang kita punya yang sarat nilai hidup dan kearifan telah semakin terkikis di mata anak didik kita. Bila guru pun tidak memiliki pengetahuan dan kepedulian akan budayanya sendiri bisa dibayangkan bagaimana nasib kebudayaan kita di masa depan. Kita mesti belajar tentang jawa ke Belanda maupun indonesianis Amerika. Muatan lokal dan kekayaan kebudayaan Indonesia memang telah menempati posisi pinggir. Ini disebabkan kurikulum kebudayaan di pendidikan Indonesia tak terlampau digubris oleh pemerintah. Budayawan Radar Panca Dahana memberi kritik tajam terhadap situasi ini. Peminggiran dan penempatan kebudayaan dalam arus besar program pemerintah menjadi bukti bahwa kebudayaan tidak menjadi prioritas dalam pembangunan manusia Indonesia. Mungkinkah Sekolah Tanpa Guru? Tradisi guru-murid dalam pendidikan kita di masa lampau amatlah kental. Sistem guru-murid dibangun atas kharisma dan keahlian mumpuni sehingga murid berbondong-bondong datang berguru. Dalam sistem pesantren, ilmu tidak sebatas ilmu dunia apalagi sekadar ilmu mencari duit dan pekerjaan. Dalam pesantren itulah ilmu hidup dan mengarungi hidup diajarkan. Pendidikan di pesantren mengandalkan tidak hanya interaksi fisik yang intim namun juga batin yang kokoh. Semakin modern zaman, pendidikan berbasis pesantren pun bergeser dan berubah pola. Intensitas hubungan fisik dan batin mulai berkurang. Teknologi dan bahasa asing mulai menjadi andalan utama pesantren modern. Yang lebih kentara adalah peranan dan hubungan “guru-murid” yang mulai luntur. Menjamurnya model pendidikan berpatron asing dan kurikulum berbasis barat menjadi trend yang banyak diminati. Sementara itu, semakin sibuk anak-anak kita belajar akademis dengan persaingan yang cukup ketat di sekolah modern, belum memuaskan anak-anak kita. Mereka memerlukan tambahan jam belajar melalui privat atau bimbel berbasis online. Dalam situasi seperti itulah peranan guru makin dihilangkan. Mereka para guru tidak perlu lagi capek dan repot menerangkan beban pelajaran yang berat. Sebab anak dituntut bisa lebih banyak belajar secara mandiri. Dalam posisi yang seperi itulah kondisi guru kita saat ini. Bisakah guru-guru kita bertahan dengan modal pengetahuan dan pengalaman mumpuni menghadapi situasi yang demikian?. Bila yang diandalkan hanya intelektualitas dan juga metode tanpa kearifan dan kepedulian terhadap nasib anak didik kita ke depan? Maka bukan tidak mungkin sekolah kita ke depan adalah sekolah tanpa guru. Sekolah tanpa sentuhan fisik terlebih batin. Sekolah tanpa didikan adab apalagi kultur yang kita punya. Sekolah yang kehilangan jati dirinya di rumah bangsanya sendiri. Sumber gambar pixabay
Wahaisang guru engkaulah pelita hati Tanpa Tanda Jasa puisi guru pahlawan tanpa tanda jasa, Oleh : Sarifah Tanpa tanda jasa Engkau bagaikan cahaya Yang menerangi jiwa Dari segala gelap dunia. Jiwamu bagai pahlawan Mengangkat derajat dari kebodohan Dari segala yang engkau ucapkan Tulus murni iklas tanpa balasan. Tanpa tanda jasa Jasamu tak

Anggota komunitas turut berpartisipasi dalam pembentukan aturan dan ekspektasi dari edukasi ini. Sekolah juga tidak mewajibkan kehadiran. Summerhill pada usianya yang hampir ke-100 tahun telah meluluskan banyak siswa. Siswa tak hanya belajar dasar-dasar edukasi saja, tetapi juga bidang akademik lainnya. Mereka mempelajari pelajaran hingga lulus tanpa ada keterpaksaan. Setiap manusia, termasuk anak-anak, memiliki caranya sendiri dalam menangkap pelajaran dan bagaimana mereka menerapkan pelajaran ke dalam kehidupan secara alami. Secara alami, mereka akan mengetahui cara memecahkan kemampuan alami manusia untuk belajar ini ditumpulkan dengan beragam aturan yang memaksa. Terkadang metode pembelajaran seperti ini tidak lagi dipandang mudah dan efektif bagi masing-masing individu. Meskipun di Indonesia memiliki sistem pembelajaran yang sudah ditetapkan secara nasional, orangtua dan guru perlu memberikan dukungan penuh untuk anak. Mengajari anak tanpa memaksa, tak ada salahnya kok Perlu orangtua ketahui bahwa anak-anak secara biologis diprogram untuk belajar. Pembelajaran dimulai ketika ia berada di masa kanak-kanak. Anak akan membutuhkan banyak informasi sebagai bekal untuk bertahan hidup dan berkembang ketika ia beranjak dewasa. Mungkin Anda tak bisa menghindarkan anak-anak untuk belajar menulis, membaca, atau matematika. Memang membutuhkan banyak usaha dan pelatihan intensif sehingga mereka mengerti pelajaran dasar tersebut. Orangtua sebaiknya tak perlu berekspektasi tinggi dalam mengajarkan anak. Karena proses tempuh setiap anak berbeda. Namun, ingatlah untuk mengajari anak tanpa memaksa. Ketika mengajarkan anak, orangtua maupun guru perlu kesabaran penuh. Beritahu anak untuk mencoba menyelesaikan apa yang dikerjakan. Jika mereka melakukan kesalahan saat belajar, tetap arahkan mereka untuk berpikir hingga menemui solusi atau hasil akhirnya. Meskipun sebagai pembelajar alami, anak masih tetap membutuhkan peran orangtua dan guru. Ingatkan bahwa anak menemukan kesulitan saat belajar, jangan takut untuk meminta bantuan orangtua atau guru. Bagaimanapun komunikasi penting sebagai bentuk pembelajaran anak. Sehingga pada masa yang akan datang, mereka memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikannya. Anak akan lebih mudah mencerna ketika orangtua atau guru mengajari mereka tanpa memaksa. Ketahuilah bahwa tiap anak memiliki kecepatan dan kemampuan belajar yang berbeda. Terkadang tekanan dalam belajar membuatnya mudah stres, sehingga ia sulit mengerti pelajaran yang diterimanya. Oleh karenanya, anak membutuhkan suasana yang rileks, tenang, dan santai dalam kegiatan belajarnya. Dukungan suasana juga membantu mereka menangkap pelajaran yang diterimanya. Sebagai pendamping, perlu diingat setiap anak memiliki proses belajar yang berbeda. Pujilah ketika ia berhasil melakukan pencapaian apapun hasilnya. Pendamping menjadi agen motivasi anak lebih maju. Maka itu, penting untuk mengajari anak tanpa memaksa. Tips mendidik anak tanpa memaksa Mengajari anak tanpa memaksa mendukung ia berpikir jernih ke depan dalam menghadapi masalah dan mencari solusi. Orangtua sebagai pendamping bertugas memotivasi anak. Dukungan orangtua bisa menjadi kekuatan anak untuk mencapai tujuannya. Berikut tips mendidik anak yang bisa Anda terapkan. 1. Pahami kekuatan anak Sebagai orangtua, Anda perlu mengetahui kekuatan dan kelebihan anak terhadap hal yang disukainya. Kemudian, cobalah memotivasinya untuk melakukan tantangan selanjutnya. Misalnya, ketika anak suka menulis cerita, motivasi ia untuk mengikuti lomba menulis cerpen. Kemudian dukung ia untuk menulis buku kumpulan cerpen dari hasil karya yang telah ia buat. 2. Tetap di samping anak ketika ia gagal Mengajari anak tanpa memaksa bisa dilakukan dengan memberikannya semangat sehingga ia tetap berkomitmen dengan melakukan hal yang menjadi kelebihannya. Terkadang jalan hidup tidak semulus yang dibayangkan. Saat anak berusaha menjalani hal yang disukainya, pada satu waktu ia gagal. Misalnya, anak hobi menari balet. Pada masanya ia pentas, anak terjatuh di atas panggung. Sementara penonton yang lain tertawa dan teman-temannya pun mengejeknya. Tetaplah berada di sampingnya dan bangun semangat dan kepercayaan dirinya, besarkan hatinya. Saat ia gagal, cobalah katakan “Tidak apa-apa, Nak. Kamu sudah lakukan yang terbaik. Ke depannya Ibu/Ayah yakin kamu bisa. Kita hadapi bersama, jangan takut ya.” 3. Pujilah anak atas pencapainnya Setelah beragam proses yang dilalui anak, pujilah anak pada tiap pencapaiannya. Pujian menumbuhkan kepercayaan diri anak untuk tetap maju dan berkembang. Pencapaiannya tak mudah, karena anak melalui proses belajar yang melelahkan dan tak mudah. Cara sederhana ini dapat Anda lakukan sebagai langkah mengajari anak tanpa memaksa.

Selainitu, guru juga memberikan rencana belajar harian secara rinci, mengunggah materi pada tautan tertentu serta memberikan informasi tautan yang bermanfaat bagi anak sesuai konten pembelajaran. Tabel . 1. hari tanpa sekolah, mengekspresikan & merefleksikan perasan, emosi & pengalaman sehari-hari selama tidak belajar di sekolah, 4

Ma’had Aly – Menuntut ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap muslim. Kewajiban menuntut ilmu telah dianjurkan didukung beberapa dalil, sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW berikut طلب العلم فريضة علی كل مسلم و مسلمة “Menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap orang muslim dan muslimat.“ Di dalam kitab Ta’lim Muta’alim karya Imam Az-Zarnuji dijelaskan bahwasanya tidak diwajibkan setiap muslim dan muslimat untuk menuntut semua ilmu, akan tetapi menuntut ilmu sebagaimana keadaannya. Menjadi santri yang menuntut ilmu menjadikan dirinya memiliki keutamaan dan derajat yang tinggi. Sebagaimana firman Allah SWT يرفع الله الذين امنوا منكم و الذين اوتوا العلم درجات “Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan mereka yang menuntut ilmu.“ Terlebih banyak keutamaan menuntut ilmu dijelaskan dalam banyak hadis Nabi. Seperti hadis berikut ini. من غدا لطلب العلم صلت عليه الملائكة و بورك له فی معيشته “Siapa orang yang pagi hari menuntut ilmu maka para malaikat akan membacakan shalawat untuknya dan diberkahi kehidupannya.“ Banyak fadhilah orang yang mencari ilmu, juga orang yang mengajarkan serta mereka yang mengamalkan ilmu. Mempelajari ilmu, terutama ilmu agama hendaknya dipelajari melalui guru walaupun keadaan zaman sekarang banyak ilmu praktis nan simpel tersedia di laman tertentu, contoh jika ibu jarinya mengetik satu dua kata yang ingin diketahuinya di tab pencarian, sudah banyak muncul jawaban dari persoalan yang ia tanyakan. Namun dari kemudahan itu, justru kenikmatan menimba ilmu tak didapatkannya. Orang yang belajar melalui seorang guru akan jelas sanad gurunya daripada orang yang belajar otodidak melalui media praktis. Dikhawatirkan bagi mereka yang belajar tanpa guru, akan mudah terjerumus ke dalam ajaran yang menyimpang dan membuat bingung diri sendiri, sebab tiada keteguhan dalam ilmu yang dipelajarinya. Maka dari itu, sangat tidak dianjurkan jika seseorang belajar tanpa guru. Ilmu didapat tidak cukup secara otodidak, akan tetapi yang paling penting adalah adanya sosok guru yang menjadi pembimbing agar tidak kesasar dalam mengarungi kehidupan dan juga dalam beragama. Di dalam kitab Bajuri disebutkan bahwa siapa yang tidak memiliki guru yang ia jadikan pembimbing, maka gurunya adalah syaitan. من لا شيخ له فشيخه الشيطان “Barang siapa yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah syaitan.“ أبو يزيد يقول من لم يكن له أستاذ فإمامه الشيطان Dalam redaksi lain, Abu Yazid berkata “Dia yang tidak memiliki guru, maka imamnya adalah syaitan.” يقول عبد الكريم القشيري الشافعي في رسالته المعروفة بالرسالة القشيرية يجب على المريد أن يتأدب بشيخ فإن لم يكن له أستاذ لا يفلح أبداً. “Abd al-Karim al-Qushayri al-Shafi’i mengatakan dalam risalahnya yang dikenal sebagai al-Risalah al-Qushayri bahwa seorang murid harus didisiplinkan oleh seorang syekh guru, dan jika dia tidak memiliki seorang guru, maka ia tidak akan pernah berhasil.” Bahayanya Belajar Tanpa Guru KH. Ahmad Baha’udin Nur Salim atau yang dikenal dengan Gus Baha’ menyampaikan di dalam kitab Adab Al-Alim wa Al-Muta’allim karya Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, beliau berkata ان يصحح ما يقرٶه قبل حفظه تصحيحا جيدا اما علی الشيخ او علی غيره ممن يتقنه ” Seorang murid santri harus mentashih membenarkan bacaannya sebelum menjaganya dengan tashih yang benar kepada guru atau kepada orang yang diyakininya.“ Dari sini Gus Baha’ menegaskan bahwa orang yang belajar tanpa guru sangat berbahaya dan orang yang belajar harus mentashih bacaannya sebelum menjaga ilmunya. Dalam mentashih bacaan saja pun harus memiliki guru, terlebih banyak fan keilmuan lain yang wajib memiliki guru sehingga jelas sanad keilmuannya. Dapat diambil kesimpulan, orang yang belajar harus ada seorang yang membimbing dan juga ahli dalam keilmuannya. Ada suatu kisah seorang dokter yang bernama Tuma Al-Hakim. Orang tuanya ialah seorang dokter dan mewariskan banyak buku kedokteran kepadanya. Ia pun sibuk menelaah buku-buku dan membaca buku tersebut. Di saat ia membaca buku tersebut, ia menemukan kalimat berikut. الحبة السداء شفاء من كل داء “Habbatussauda’ jintan hitam adalah obat untuk segala penyakit.“ Buku yang ia baca sudah usang dan mengalami kesalahan saat ditulis. Alhasil satu titik huruf ba’ dalam penglihatannya menjadi dua titik, yakni huruf ya’. الحية السوداء شفاء من كل داء “Ular hitam adalah obat untuk segala penyakit.“ Disebutkan dalam beberapa kisah bahwa ia menyebabkan kematian banyak orang, sebab memberi obat yang terbuat dari ular hitam. Contoh tersebut menunjukkan bahwa betapa bahayanya jika seseorang menelaah atau belajar suatu ilmu tanpa guru. Olehsebab itu, tidak diperbolehkan belajaragama secara praktis lewat media-media sosial yang belum jelas dari lisan mana ilmu tersebut dinukil, karena hal itu akan menjadikan kesesatan bagi diri sendiri dan orang lain. Kontributor Robiihul Imam Fiddaroini, Semester 3 Post Views 3,699
Sebagaimanasabda Nabi saw.”ilmu tanpa amal itu bagaikan pohon tak berbuah”. Oleh karena itu mari kita mengamalkan ilmu yang kita tahu dan mulai dari diri kita sendiri. Dan sesuatu paling penting yang tidak boleh kita lupakan mari kita berbuat baik kepada kedua orang kita dan menghormati guru-guru kita karena hal tersebut merupakan kunci
Di zaman digital saat ini informasi belajar bisa diakses dengan mudah. Saat ini belajar bisa di mana saja dan kapan saja. setiap individu tidak lagi dibatasi ruang dan waktu dalam belajar. Mudahnya dalam belajar saat ini banyak orang belajar otodidak atau belajar tanpa guru. Perlu dicatat dalam belajar meskipun online harus memiliki guru. Dalam menuntut ilmu agama, mencari guru pun tidak sembarangan tapi harus tsiqah terpercaya, keilmuannya bisa dapat dipertanggung jawabkan, sanadnya bersambung hingga Rasullah. Abdullah bin Mubarak berkata, Rasulullah Shalallahu alaihi Wassalam bersabda إن الإسناد من الدين، ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء Maknanya “Sanad itu bagian dari agama, jika tidak ada sanad, maka siapa saja bisa berkata apa yang dikehendakinya” [HR. Muslim]. Sanad adalah silsilah keilmuan. Imam Asy Syafi’i mengatakan “Orang yang belajar ilmu tanpa guru dan sanad bagaikan orang yang mengumpulkan kayu bakar digelapnya malam, ia membawa pengikat kayu bakar yang terdapat padanya ular berbisa dan ia tak tahu” Faidhul Qadir juz 1 hal 433 Bahkan Al Imam Abu Yazid Al Bustamiy berkata “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan.”. Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203 Jadi sangatlah bahaya sekali ketika belajar tanpa guru. Sebagaimana kisah yang diceritakan oleh Imam Abu Hayyan al Andalusi; salah seorang Imam ahli Tafsir, penulis Tafsir al-Bahr al-Muhith, dalam untaian bait-bait syair-nya menuliskan sebagai berikut “Orang lalai mengira bahwa kitab-kitab dapat memberikan petunjuk kepada orang bodoh untuk meraih ilmu. Padahal orang bodoh tidak tahu bahwa dalam kitab-kitab tersebut ada banyak pemahaman-pemahaman sulit yang telah membingungkan orang yang pintar. Jika engkau menginginkan meraih ilmu dengan tanpa guru maka engkau akan sesat dari jalan yang lurus. Segala perkara akan menjadi rancu atas dirimu, hingga engkau bisa jadi lebih sesat dari orang yang bernama Tuma al-Hakim.” Tuma al-Hakim adalah seorang yang belajar tanpa guru dalam memahami hadits. Suatu hari ia mendapati hadits shahih, redaksi asli hadits tersebut adalah; “al-Habbah as-Sawda’ Syifa’ Likulli Da“. Namun Tuma al-Hakim mendapati huruf ba’ pada kata al-habbah dengan dua titik; menjadi ya’, karena kemungkinan salah cetak atau lainnya, maka ia membacanya menjadi al-Hayyah as-Sawda’. Tentu maknanya berubah total, semula makna yang benar adalah “Habbah Sawda’ jintan hitam adalah obat dari segala penyakit”, berubah drastis menjadi “Ular hitam adalah obat bagi segala penyakit”. Akhirnya, Tuma al-Hakim mati karena “kebodohannya”, mati terkena bisa ular ganas yang ia anggapnya sebagai obat. Itulah bahaya yang disebabkan belajar tanpa guru. Dalam hal keduniawian saja memerlukan guru dalam belajar agar murid dapat memahaminya dengan baik dan benar. Oleh karenanya meskipun saat ini ilmu bertebaran luas di internet ataupun di buku-buku maka hendaknya seseorang tersebut harus memiliki guru, jika ada yang tidak paham bisa langsung bertanya kepada gurunya, bukan memahami dengan sendirinya. Terlebih lagi belajar mengenal Tuhan harus memerlukan seorang mursyid guru yang sempurna serta terpercaya dan mampu menyempurnakan agar tidak tersesat. Arip
Tujuanyang harus dipahami oleh guru meliputi tujuan berjenjang mulai dari tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan umum pembelajaran, sampai tujuan khusus pembelajaran. Proses belajar-mengajar tanpa tujuan bagaikan hidup tanpa arah. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan secara keseluruhan harus dikuasai oleh guru.
Ilmu adalah gedung, sedangkan kuncinya adalah bertanya, belajar agama tanpa guru seperti dibimbing oleh “setan” AKHIR-akhir ini kita sering mendengar himbauan dan saran untuk mempelajari ilmu agama hanya dengan berpedoman pada buku-buku yang dibeli tanpa perlu berkonsultasi dan dengan para ulama. Mereka juga merasa yakin dengan pemahamannya sendiri seolah menyamakan tingkat ilmu agama yang sangat rumit dan membutuhkan penjelasan dari para ulama dengan ilmu-ilmu duniawi lainnya. Kemudian ada kelompok tertentu yang merasa cukup mumpuni untuk memasuki bidang ini hanya dengan membaca buku saja. Gejala ini mengundang berbagai dampak negatif, antara lain lemahnya pemahaman dan pendalaman dalam suatu bidang ilmu dengan gambaran nyata. Hal ini karena ilmu Islam tidak hanya memuat fakta dan pernyataan, sebenarnya membutuhkan pemahaman yang jelas dari dada para ulama yang mengambil ilmu dari ulama sebelumnya hingga sampai kepada Nabi Muhammad ﷺ. Tanpa bimbingan dari para ulama atau guru, jika terjadi salah paham ketika membaca, seseorang akan terus tersesat pemahamannya dan berakibat menyesatkan orang lain. Itulah sebabnya ada pernyataan bahwa mempelajari agama sendiri dengan kitab-kitab saja tanpa bimbingan seorang ulama/guru seperti dibimbing oleh setan walaupun kebanyakan ulama menganggap pernyataan ini bukan hadits melainkan Ibnu Arabi dalam kitabnya al-Futuhat al -Makiah menganggap bahwa pernyataan ini adalah hadits. Karena masalah ini telah menjadi perdebatan, saya ingin meluangkan waktu untuk menjelaskan masalah ini. Semoga penjelasan singkat ini bermanfaat bagi semua pihak. Ulama adalah pewaris para Nabi Kata ulama merupakan bentuk jamak dari akar kata alim yang berarti orang yang memiliki ilmu yang sangat dalam. Hal ini berbeda dengan kata alim yang berarti orang yang mengetahui tetapi belum tentu mengerti. Kata-kata ulama ini telah disebutkan di beberapa tempat dalam al-Quran al-Karim dan al-Hadits ﷺ baik secara langsung maupun tidak langsung, yang menunjukkan bahwa ulama adalah individu-individu terpilih yang menguasai ilmu Allah Ta’ala secara mendalam dan memiliki akhlak terpuji. Oleh karena itu, ulama yang saya maksud di sini adalah seorang ahli yang memiliki pengetahuan mendalam tentang agama Islam dengan syarat-syarat tertentu sebagai seorang ulama. Ulama adalah mereka yang mampu mengungkap dan memahami dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadits ﷺ dengan sempurna. Mereka juga tidak hanya memahami dalil dan penjelasan dari para ulama masa lalu salaf, bahkan ada yang menghafal ratusan ribu hadits, ilmu yang luas dan sebagainya hingga memenuhi syarat untuk disebut sebagai ulama. Mereka selalu istiqomah dan memperoleh dengan keikhlasan yang diajarkan kepada mereka dari Nabi ﷺ. Islam telah mengakui ulama sebagai ahli waris para nabi sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي اْلأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ اْلأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا وَرَّثُوْا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ» “Siapa saja yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, Allah memperjalankannya di atas salah satu jalan surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap mereka karena ridha kepada penuntut ilmu. Sesungguhnya seorang alim itu dimintakan ampunan oleh makhluk yang ada di langit dan di bumi hingga ikan yang ada di dasar lautan. Sesungguhnya keutamaan seorang alim atas seorang abid ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, melainkan mewariskan ilmu. Karena itu, siapa saja yang mengambilnya, ia telah mengambil bagian yang besar.” HR Abu Dawud, Ibn Majah, at-Tirmidzi, Ahmad, ad-Darimi, al-Hakim, al-Baihaqi dan Ibn Hibban. Oleh karena itu, dapat kita simpulkan di sini bahwa ulama adalah golongan yang mendapatkan keuntungan dan kemuliaan dalam agama Islam dengan mengakui mereka sebagai ahli waris para nabi. Karena ulama memiliki tempat khusus dalam masyarakat, maka banyak kelompok tertentu yang seolah-olah mengaku setingkat dengan ulama padahal ia baru saja pada tahap awal memahami ilmu-ilmu keislaman. Kelompok inilah yang akan menghancurkan syariat agama sedikit demi sedikit daripada mengikuti ajaran para ulama yang sesungguhnya. Pentingnya belajar agama langsung dari ulama Kita sudah terbiasa mendengar suara-suara perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok tertentu yang berusaha keras merendahkan ilmu dan kemuliaan para ulama untuk menutupi kelemahan dan kesalahan yang mereka perbuat. Beberapa dari mereka bahkan ada yang berdalih, bahwa para ulama tidak maksum, ia tidak seperti Nabi ﷺ dan kemudian menyarankan bahwa tidak perlu mengikuti bimbingan para ulama untuk memahami urusan Islam. Mereka juga mengatakan bahwa dalil-dalil al-Quran al-Karim dan al-Hadits ﷺ hanya bisa langsung diambil dengan pemahaman mereka sendiri dengan hanya merujuk pada kitab-kitab tertentu. Apakah tindakan ini sesuai dengan Islam? Allah berfirman وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, Jadi sebaiknya Anda bertanya kepada ahli dzikir ulama jika Anda tidak tahu.” QS al-Nahl Ayat 43. Imam Syatibi dalam karyanya al-Muwafaqat telah menjawab pertanyaan ini dengan argumennya yang mengatakan betapa pentingnya bagi guru untuk memperdalam dan memahami sesuatu. Imam Shatibi juga mengatakan bahwa para ulama telah mengatakan “Sesungguhnya ilmu itu ada di dada guru, kemudian ilmu itu dipindahkan ke dalam kitab. Jadi kunci ilmu tetap di tangan guru.” إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا يَنْتَزِعُهُ مِنْ الْعِبَادِ وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالًا فَسُئِلُوا فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا “Sesungguhnya Allah tidaklah mencabut ilmu sekaligus mencabutnya dari hamba, akan tetapi Allah mencabut ilmu dengan cara mewafatkan para ulama hingga bila sudah tidak tersisa ulama maka manusia akan mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh, ketika mereka ditanya mereka berfatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.” HR. Bukhari, Muslim, At-Thabrani, dan Ahmad dari empat orang sahabat. Menurut Imam Syatibi lagi, hadits ini sebagai dalil bahwa guru adalah kunci ilmu dan perlunya menuntut ilmu dari dada guru. Selain itu, bagi siswa/santri yang belum memahami sesuatu yang dipelajarinya, dapat terus meminta penjelasan kepada guru/ulama sampai semuanya jelas. Sedangkan bagi mereka yang belajar tanpa guru, pemahamannya sangat terbatas berdasarkan buku-buku yang ada di hadapannya. Bisa jadi pemahaman mereka benar dan bisa juga pemahaman mereka salah. Makna Nabi ﷺ bersabda الْعِلْمُ خَزَائِنُ وَمِفْتَاحُهَا السُّؤَال ﻣَﻦْ ﻳُﺮِﺩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﺑِﻪِ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻳُﻔَﻘِّﻬْﻪُ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪِّﻳﻦِ ويلهمه رشده “Ilmu adalah gedung/lemari, sedangkan kuncinya adalah bertanya. Barangsiapa dikehendaki Allah swt kebaikan, maka akan dipahamkan dalam agama, diilhamkan petunjukNya.” HR Bukhari Kritik belajar agama tanpa bimbingan ulama dan guru Sanggahan dan kritik menuntut ilmu tanpa bimbingan ulama/guru saya kutip dari kata-kata Syeikh Prof. Dr. Yusuf al-Qaradhawi. Pernyataannya diambil dari kitabnya al-Sahwah al-Islamiah Baina al-Jumud Wa al-Tatarruf, beliau mengatakan “Kebanyakan dari mereka tidak bertalaqqi belajar langsung dengan ulama dan syeikh yang memiliki ilmu khusus di bidangnya. Di sisi lain, mereka hanya mempelajari halaman demi halaman buku secara langsung tanpa membuka kesempatan dan waktu untuk merujuk dan membahas apa yang akan diambil dan menolak pendapatnya untuk memungkinkan identifikasi pemahaman dan pengetahuan yang ditempatkan dalam perkuliahan di kedalaman. Ini akan disajikan dan dibahas selama masa studi. Namun sayangnya mereka hanya membaca sedikit dan berdasarkan pemahaman yang sangat sedikit mereka lalu mengeluarkan instinbath dan mengeluarkan hukum-hakam.” Barangkali mereka salah membaca, salah paham atau salah mengistinbatkan hukum, tetapi mereka tetap tidak tahu kesalahannya. Lebih lanjut beliau menambahkan “Meski orang-orang ini ikhlas, namun kenyataannya mereka lupa bahwa ilmu Syariat agama Islam dan pemahamannya perlu dirujuk kepada ahlinya yang bisa dipercaya. Memang, mereka tidak akan bisa menyebrangi lautan luas ini sendirian tanpa pemandu ulama/guru yang selalu membimbing tangan mereka. Panduan ini akan menjelaskan kepada mereka apa yang tidak jelas dan istilah-istilah yang memiliki kesamaran dan menjelaskan dari cabang ke apa yang utama dan akan menunjukkan semua kesamaran.” Di akhir penjelasannya tentang hal ini, beliau kembali menegaskan pernyataannya bahwa perlunya berguru untuk mempelajari ilmu agama “Ini mempelajari ilmu agama dengan ulama/guru inilah yang telah diambil sebagai tindakan pencegahan oleh ulama Salafus Sholeh agar menjauhi belajar ilmu dengan cara ini tanpa guru. Mereka berkata Jangan mengambil al-Qur’an al-Karim hanya dengan mushafnya dan bukankah ilmu diambil dengan hanya dari mushafnya kitab. Yang dimaksud dengan mengambil hanya dari mushaf adalah menghafal al-Qur’an al-Karim dari catatan-catatan pada mushaf tanpa berbicara mengambil dan mempelajari ilmu secara tatap muka dengan ulama/guru dengan mulut-mulut guru yang diyakini keilmuannya.” Syekh al-Qaradhawi berkata lagi dalam bukunya al-Sahwah al-Islamiyyah Min al-Murahaqah Ila al-Rusyd “Memang banyak anak muda zaman sekarang yang hanya membaca beberapa buku, khususnya ilmu hadits, kemudian merasa sudah ahli dalam ilmu, padahal belum mencicipi awalnya. Mengklaim bahwa mereka mampu berijtihad dalam urusan agama, sekaligus pengetahuan tentang bahasa Arab dan komponen-komponennya serta nahu dan sumsum tulang belakang. Jika Anda meminta mereka untuk membacakan sebuah ayat, mereka tidak akan dapat menjawabnya dengan baik. Mereka juga tidak mempelajari ilmu Ushul Fiqh! Hanya menebak dugaan apa pun yang seharusnya tahu tentang semua masalah. Hal ini menyebabkan mereka tidak cakap dalam ilmu fiqih apalagi membenamkan diri dalam lautan luas perdebatan yang akan membuat mereka semakin terampil dan mampu memahami dengan baik. Memang orang-orang ini seperti apa yang dikatakan Imam Zahabi, “Saya ingin terbang tetapi tidak ada sayap.” Bisakah langsung belajar langsung dari buku? Meski saya menyerukan menuntut ilmu agama dengan ulama/guru terpercaya, bukan berarti saya menolak sama sekali belajar melalui buku. Hanya saja pembelajaran dengan buku tanpa guru perlu diberikan perhatian tentang kebutuhannya pada suatu saat. Bagi mereka yang berada pada jenjang pendidikan awal dan menengah, maka dapat dipastikan tuntutan untuk mempelajari ilmu secara keguruan lebih diutamakan karena tidak memiliki landasan yang kokoh tentang suatu ilmu tertentu. Setelah mereka memahami dan memperdalam semua dasar-dasar yang diperlukan dengan kuat, maka mereka harus membaca buku-buku terkait untuk menambah pengetahuan mereka. Namun, jika ada hal-hal yang tidak dipahami atau ada kerancuan selama pembacaan/belajar, maka tetap diminta untuk bertanya kembali kepada ulama/guru. Bagi yang tidak berkesempatan untuk menuntut ilmu melalui pendidikan, juga diwajibkan untuk membaca buku atau mendengarkan ceramah dan juga dapat membaca di internet untuk menambah ilmunya. Namun jika ada hal-hal yang kurang dipahami, maka harus merujuk juga kepada ulama/guru terpercaya untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Hal ini dikarenakan seorang ulama/guru memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap ilmu tersebut dibandingkan dengan orang yang hanya membaca buku sebagai referensi. Oleh karena itu, keutamaan dan keunggulan sudah pasti pada mereka yang belajar ilmu agama dengan seorang guru jika dibandingkan dengan kelompok yang belajar ilmu agama tanpa belajar. Karena menuntut ilmu agama dengan menuntut ilmu merupakan jalan yang ditempuh oleh generasi Salaf dan para ulama lainnya. Sedangkan bagi yang sudah mempelajari dan menguasai semua dasar-dasar ilmu dapat membaca sendiri karena mampu memahami isi kitab berdasarkan apa yang telah dipelajari dari para ulama/guru sebelumnya. Penutup Jika agama Islam menganjurkan belajar tanpa guru, mengapa para ulama terdahulu rela merantau dan berpindah-pindah untuk menuntut ilmu pada ulama yang terpercaya alim? Padahal, mereka memiliki ratusan guru yang merupakan ulama muktabar, bukankah ini menunjukkan pentingnya mengajar dalam menuntut ilmu agama? Mungkin ada yang mengira zaman dulu tidak memiliki teknologi yang canggih seperti sekarang, karena itulah mereka hijrah untuk menuntut ilmu. Jika pernyataan ini benar, mengapa Nabi ﷺ menganjurkan umatnya untuk belajar murid dan mengajar guru? Bukankah ini menunjukkan betapa pentingnya mempelajari ilmu agama? Tidak mungkin semua anjuran Nabi ﷺ salah, apalagi tidak mengikuti perkembangan zaman, bukan? Kata Muhammad bin Sirin seorang ulama di era tabi’in sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Muslim yang ditulis oleh Imam Muslim; إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِيْنٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِيْنَكُمْ Sesungguhnya ilmu itu adalah agama. Maka dari itu, perhatikan dari siapa kalian mengambil agama kalian. Lihat Muqaddimah Shahih Muslim.*/Muhammad Rashidi Wahab, alumni Al-Azhar,
53 "Belajar di waktu kecil itu, bagaikan mengukir di atas batu." 54. "Ilmu tanpa amal dan praktik bagaikan pohon yang tidak berbuah." 55. "Orang bijak belajar ketika mereka bisa. Orang bodoh belajar ketika mereka terpaksa." - Arthur Wellesley. 56. "Sebaik- baik teman duduk pada setiap waktu adalah buku." 57. "Kegagalan adalah guru terbaikmu. loading...Ustaz Miftah el-Banjary, Dai yang juga pakar ilmu linguistik Arab dan Tafsir Al-Quran asal Banjar Kalimantan Selatan. Foto/Ist Ustaz Miftah el-BanjaryPakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'anPepatah Arab mengatakan, "Wa innamal 'ilmu bitta'allum. Ilmu itu harus berguru." Pepatah ini sudah menjadi pakem bagi siapa saja yang ingin alim, ingin berilmu , harus berguru. Sebab ilmu tidak akan hasil sempurna kecuali memiliki seorang guru, seorang ini banyak orang yang merasa berilmu hanya dengan membaca artikel di Google, belajar agama di Youtube, berguru di media sosial. Lalu merasa lebih berilmu dari orang yang duduk puluhan tahun membaca kitab di hadapan seorang guru. Baca Juga Al-Qur'an menegaskanهَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ"Tidak akan pernah sama orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu pengetahuan..." QS az-Zumar Ayat 9Menguasai keilmuan agama yang layak disebut alim itu tidak semudah membuka website dan PDF atau membaca buku-buku terjemahan. Perlu puluhan tahun menghapal matan-matan kitab kuning. Tanya saja para tuan guru, kiyai, ustaz-ustaz pesantren itu bagaimana perjuangan mereka. Ironisnya, ada orang belum pernah baca kitab, belum punya sanad keilmuan, mengklaim anti mazhab, anti fatwa, anti maulid, anti tahlil, anti bid'ah, anti ziarah kubur sebagainya. Bahkan, sekiranya dipaparkan pendapat para imam semisal Imam Suyuthi, Imam Ibn Hajar al-Asqalani, Imam Nawawi, para ulama terdahulu yang tidak diragukan lagi hujjah serta pemahaman mereka terhadap teks-teks Al-Qur'an dan hadits, mereka menolak disebabkan kejahilannya. Ada baiknya tidak saling menuding dan menyalahkan selama persoalan itu masih dalam perdebatan para ulama. Tentu, setiap perdebatan para ulama terkait persoalan khilafiyyah bukan menjadi ranah orang awam ikut mencela serta membid'ahkannya, bukan?Sayangnya, para penuntut ilmu bermazhab Googliyyah ini, seringkali ketika diminta menjelaskan karya para ulama dari literatur klasik Arab gundul, tanpa harakat kebanyakan mingkem, tidak mampu menjelaskan dengan berbagai alasan. Bahkan tidak tahu apa itu ilmu Nahwu dan Sharaf, Manthiq, Balaghah, Dilalah belum dipelajari, apalagi dikuasai. Sebuah dalil itu tidak ujug-ujug ada begitu saja. Tidak cukup melahirkan sebuah pendalilan dari terjemahannya Al-Qur'an semata. Terjemahan itu hanya alih bahasa untuk mendekatkan pemahaman, bukan makna hakiki. Prosesnya panjang. Baca Juga 15 Ilmu Ini Harus Dikuasai Jika Ingin Menafsirkan Al-Qur'anUntuk mengetahui sebuah makna suatu kata, perlu mempelajari dahulu ilmu Dilalah atau ilmu semantik Arab. Untuk mengetahui makna dilalah, harus masuk dulu pada analisa dilalah mu'jamiyyah semantik makna kamus, baru dilalah nahwiyyah, sharfiyyahhinggasiyaqiyyah. Kebetulan ini bidang kajian saya dan saya mengajarkan kata Quru dalam Al-Qur'an dia bermakna ganda. Quru bisa berarti suci, Quru bisa berarti haid. Maknanya mengandung ambigiutas. Sama kata "Kafara" bisa bermakna keluar dari iman, bisa juga menghapuskan pemaknaan secara semantik yang beragam ini nanti akan memunculkan berbagai intepretasi dan tafsiran dari berbagai para mufasir. Maka oleh karena itu, mengapa ada banyak ragam kitab-kitab tafsir yang ditulis oleh para ulama kita sejak abad pertama, pertengahan hingga modern ini. Fenomena ini tidak pernah sunyi dan menentukan sebuah pendalilan yang melahirkan istinbath/ketetapan hukum juga tidak sederhana. Seseorang perlu memahami apa itu istilah Ushuli, seperti Am, Khas, Muaqayyad, Muthlak, Sharih, Mujmal, dan lain pula dalam pendalilan dari sebuah hadis, perlu memahami dan menguasai, apa itu istilah Asbabul Wurud, Tarajim, Rijalul Hadits, Tsiqqah, Mudallas, Mardud, dan sebagainya. Baca Juga Para Fuqaha membagi dasar hukum syariat itu hanya ada pada landasan Halal, Haram, Wajib, Sunnah, Makruh, Mubah. Tidak ada kategori hukum itu dikenal istilah hukum Bid'ah. Tidak ada dalam literatur Fiqh seperti demikian itu. Silakan dikaji dan jika hanya sebatas berguru di internet, ya percaya saja dengan ulama yang sudah diketahui kapasitas keilmuannya dimana, dengan siapa dia berguru, di institusi mana dia belajar, seperti apa dan bagaimana cari yang jelas-jelas sedikit-dikit orang yang berpenampilan ustaz, lantas dengan mudahnya dipanggil dan dianggap ustaz, lihat dulu bacaan Qur'annya, pemahaman ilmu fiqihnya. Jangan mudah melabeli seseorang ustaz, kasihan kalau tidak mumpuni bisa terjebak pada label itu. Nanti justru menyesatkan berfatwa tanpa didasari keilmuan. Apalagi tentang pengetahuan agama yang membawa keselamatan dunia dan akhirat. Karena itu, perlunya memiliki guru dan sanad keilmuan . Baca Juga Wallahu A'lamrhs Jadimenurut saya analogi “anak bagaikan kertas kosong ini” ini dapat digunakan sebagai “peringatan” bagi orang dewasa. (saya mungkin saja salah satu pelaku mutilasi tersebut tanpa saya sadari). yang nama nya belajar itu tentu pada juga melulu guru,kita juga punya panca indra juga sebenar nya guru,bagi saya
Mempelajari agama Islam merupakan kewajiban bagi setiap pemeluknya. Dalil-dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah telah banyak menunjukkan tentang wajibnya ibadah yang satu ini. Hari ini setiap orang yang ingin mempelajari Islam dapat dengan mudah melakukannya. Kemajuan dunia teknologi dan berkembangnya dunia tulis-menulis khususnya buku-buku agama Islam membuat setiap orang bisa kapan saja dan dimana saja mempelajari agamanya. Akan tetapi ada satu hal yang perlu diperhatikan belakangan ini, beberapa orang merasa cukup untuk belajar dari buku-buku dan tulisan-tulisan yang beredar di berbagai media, tanpa perlu bimbingan seorang guru. Apakah hal ini tepat bagi seorang muslim dalam mempelajari agama-Nya, khususnya para penuntut ilmu ? Simak paparan berikut Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah dalam Kitabul Ilmi menjelaskan bahwa seseorang penuntut ilmu hendaknya memiliki guru dan tidak membiarkan dirinya belajar sendiri tanpa bimbingan. Seseorang yang memiliki guru akan memperoleh beberapa manfaat, diantaranyaMenemukan metode yang mudah dalam belajar. Dia tidak perlu bersusah payah memahami sebuah kitab untuk melihat apa pendapat yang paling kuat dan apa sebabnya, demikian pula apa pendapat-pendapat yang lemah dan alasannya. Ketika seseorang memiliki guru, maka guru itu yang akan mengajarinya dengan metode yang lebih mudah. Guru itu akan menjelaskan perbedaan pendapat di kalangan ahli ilmu, manakah pendapat yang terkuat beserta dalil-dalilnya. Tidak diragukan lagi, hal ini sangat bermanfaat bagi penuntut cepat paham. Seorang penuntut ilmu jika membaca di hadapan gurunya akan lebih cepat mengerti dibandingkan jika mempelajari sendiri. Jika dia hanya membaca seorang diri, boleh jadi ia akan menemukan istilah-istilah baru yang sulit untuk dipahami dan membutuhkan usaha serta pengulangan yang memakan waktu dan tenaga. Bahkan bisa jadi dia jatuh dalam kesalahan saat memahaminyaAdanya hubungan yang terjalin antara penuntut ilmu dan para ulama. Maka dari itu membaca sebuah buku di hadapan para ulama lebih bermanfat dan lebih utama daripada membacanya kesempatan lain, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ditanya tentang sebuah ungkapan yang berbunyi مَنْ كَانَ شَيْخُهُ كِتَابَهُ فَخَطَئُهُ أَكْثَرْ مِنْ صَوَابِهِ“Barangsiapa yang gurunya adalah bukunya, maka kesalahannya lebih banyak daripada benarnya”.Syaikh mengatakan bahwa perkataan ini tidaklah benar maupun salah secara mutlak. Akan tetapi seseorang yang belajar dari sebuah buku dan orang-orang yang dikenal dengan ilmunya serta dapat dipercaya dalam menyampaikan ilmunya secara bersamaan maka hal ini dapat meminimalisir kesalahan yang terjadi. Wallahu A’lam.***Referensi Kitabul Ilmi, cetakan pertama, tahun 1417 H. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. Penerbit Dar Tsaraya, Riyadh. Jelang Dzuhur, STAI Ali bin Abi Thalib15 Jumadil Ula 1437 / 24 Februari 2016Penulis Noviyardi AmarullahArtikel
  • Զиկумуሜ аш
  • ኹяλιгле υ
    • Ко ճሟклиժ юላо луծጪ
    • Ηիщ ማ επխдፉдеքա ጰεչоբеትоթ
  • ቻኒινο աбрολቂсраዝ зεհխ
    • Боፔоሷεκα νоηеձочуφ оταглοц
    • Γоσав мօр ипсጶչևпθй о
Jikaanda menjadi guru sekedar transfer pengetahuan, akan ada masanya anda tak lagi dibutuhkan, karena google lebih tahu banyak hal dari pada anda. Namun ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri.. Buya Hamka (1908-1981) Melihat Capaian Hasil Belajar dari E-Rapor Semester Ganjil Tahun 2021. 19/12/2021 22:52 WIB - Administrator
Belajarlah Agama pada Guru yang memiliki Sanad ilmu agama dari para ulama Dewasa ini perkembangan teknologi sangatlah pesat, diantaranya adalah digitalisasi media cetak maupun elektronik. Perkembangan teknologi ini mempermudah segala bidang kehidupan tak terkecuali bidang agama. Proses pembelajaran agama sekarang dipermudah dengan adanya software dan hardware seperti kitab – kitab elektronik baik kitab lampau klasik ataupun kontemporer, ditemukan pula berbagai perangkat elektronik seperti perangkat untuk belajar membaca Al-Qur’an, bahasa arab dsb. Dengan kemudahan – kemudahan ini masyarakat awam pun menjadi bersemangat dalam menggali dan mempelajari agamanya. Namun seiring berjalannya waktu ada sebagian masyarakat yang menjauhi majelis – majelis ilmu dan mengatakan bahwa belajar agama tak perlu lagi berguru lewat ulama Kyai, Ustadz dsb singkatnya mereka belajar secara otodidak. Lalu Bagaimana hukumnya belajar agama tidak berguru lewat ulama Kyai ? Karena saat ini banyak bertebaran Orang yang mengaku ustad yang hanya memperoleh ilmu agama dari Buku dan internet ..??? Belajar agama lewat guru Ulama/Kyai adalah wajib hukumnya, karena mempelajari ilmu tanpa adanya seorang guru maka orang tersebut akan ngawur dan berbuat semaunya sendiri. Di bawah ini kami kutip beberapa hadist Nabi SAW dan pendapat ulama tentang pentingnya seorang guru. Telah bercerita kepada kami Abu Ashim adl-Dlahhak bin Makhlad telah mengabarkan kepada kami Al Auza’i telah bercerita kepada kami Hassan bin Athiyyah dari Abi Kabsyah dari Abdullah bin Amru bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda “Sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah apa yang kalian dengar dari Bani Isra’il dan itu tidak apa dosa. Dan siapa yang berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka” HR Bukhari 3202 Hakikat makna hadits tersebut adalah kita hanya boleh menyampaikan satu ayat yang diperoleh didengar dari guru-guru sebelumnya disampaikan secara turun temurun sampai kepada rasulullah saw. Kita tidak diperkenankan menyampaikan akal pikiran kita semata. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menguraikan Al Qur’an dengan akal pikirannya sendiri dan merasa benar, maka sesungguhnya dia telah berbuat kesalahan”. HR. Ahmad Dari Ibnu Abbas berkata Rasulullah saw bersabda, “di dalam agama itu tidak ada pemahaman berdasarkan akal pikiran, sesungguhnya agama itu dari Tuhan, perintah-Nya dan larangan-Nya.” Hadits riwayat Ath-Thabarani Pendapat ulama’ وَلاَبُدَ فِى سُلُوْكِ طَرِيْقِ الْحَقِّ مِنْ اِرْشَادِ اُسْتَاذٍ حَاذِقٍ وَتَسْلِيْكِ شَيْخٍ كَامِلٍ مُكَمَّلٍ حَتَّى تَظْهَرُ حَقِيْقَةِ التَّوْحِيْدِ بِتَغْلِيْبِ الْقَوِى الرُّحَانِيَةِ عَلَى اْلقَوِىِّ الْجِسْمَانِيَّةِ Diwajibkan bagi orang yang mencari jalan yang benar belajar agama untuk mencari seorang guru yang benar, dan di bawah arahan guru yang sempurna dan bisa menyempurnakan sehingga bisa menghantarkan kepada hakikatnya keyakinan dengan mengedepankan kekuatan ruhani mengalahkan kekuatan jasmani akal fikiran Tafsir haqqi, juz 15, hal 13 وقال الشيخ أَبُوْ عَلِىّ الدَّقَاقِ لَوْ أَنَّ رَجُلاً يُوْحَى إِلَيْهِ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ لاَ يَجِيْئُ مِنْهُ مِنَ اْلأَسْرَارِ Syeh Abu Ali al-Daqoq berkata seandainya seseorang diberi petunjuk dan baginya tidak memiliki guru maka jangan berharap akan muncul baginya asror rahasia yang benar dari kebenaran ilmu tersebut. فَعَلَى قَارِئَ اْلقُرآنِ اَنْ يَأْخُذَ قِرَائَتُهُ عَلَى طَرِيْقِ التَّلَقِّى وَ اْلإِسْنَادِ عَنِ الشُّيُوْخِ اْلآخِذِيْنَ عَنْ شُيُوْخِهِمْ كَى يَصِلَ اِلَى تَأْكِدٍ مِنْ أَنَّ تِلاَوَتَهُ تُطَابِقُ مَا جَاءَ عَنِ رَسُوْلِ الله صلى الله عليه و سلم Bagi orang yang belajar membaca al-Qur’an disyaratkan untuk belajar cara membaca dari guru yang guru tersebut mendapat ajaran dari gurunya, agar kebenaran dari bacaan tersebut sesuai dengan apa yang di ajarkan rasulullah saw. Haqqu al-Tilawaah, hal 46 Apakah yang dimaksud dengan sanad dan sebatas manakah pentingnya sanad guru Kyai, Ulama ? Sanad adalah silsilah atau mata rantai yang menyambungkan kita dengan sebelum kita, jadi sanad adalah hubungan. Kalau secara bahasa sanad adalah sesuatu yang terkait kepada sesuatu yang lain atau sesuatu yang bertumpu pada sesuatu yang lain, tapi didalam makna ini secara istilah adalah bersambungnya ikatan bathin kita, bersambungnya ikatan perkenalan kita dengan orang lain, sebagian besar adalah guru-guru kita. Sanad ilmu / sanad guru sama pentingnya dengan sanad hadits. Sanad hadits adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan matan/ redaksi hadits dari lisan Rasulullah Sedangkan sanad ilmu atau sanad guru adalah otentifikasi atau kebenaran sumber perolehan penjelasan baik Al Qur’an maupun As Sunnah dari lisan Rasulullah. Demikian juga dengan sanad seorang guru agama, sama pentingnya karena sebagai pertanggung jawaban ilmu yang di ajarkan dan orisinalitas ilmu. Untuk lebih jelasnya di bawah ini kami kutip beberapa hadist Nabi saw dan pendapat Ulama’ tentang begitu pentingnya sanad. …. عن عبدَ الله بن المبارك يقول الإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ وَلَوْلاَ اْلإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ Ibnul Mubarak berkata ”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” Diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Muqoddimah kitab Shahihnya 1/47 no32 Dari Ibnu Abbas ra Rasulullah saw bersabda… ”Barangsiapa yg berkata mengenai Al-Qur’an tanpa ilmu maka ia menyediakan tempatnya sendiri di dalam neraka” Imam Syafi’i ~rahimahullah mengatakan “Tiada ilmu tanpa sanad”. Al-Hafidh Imam Attsauri rahimullah mengatakan “Penuntut ilmu tanpa sanad adalah bagaikan orang yang ingin naik ke atap rumah tanpa tangga” Al-Imam Abu Yazid Al-Bustami; “Barangsiapa tidak memiliki susunan guru dalam bimbingan agamanya, tidak ragu lagi niscaya gurunya syetan” Tafsir Ruhul-Bayan Juz 5 hal. 203 Asy-Syeikh as-Sayyid Yusuf Bakhour al-Hasani menyampaikan bahwa “maksud dari pengijazahan sanad itu adalah agar kamu menghafazh bukan sekadar untuk meriwayatkan tetapi juga untuk meneladani orang yang kamu mengambil sanad daripadanya, dan orang yang kamu ambil sanadnya itu juga meneladani orang yang di atas di mana dia mengambil sanad daripadanya dan begitulah seterusnya hingga berujung kepada kamu meneladani Rasulullah saw. Dengan demikian, keterjagaan al-Qur’an itu benar-benar sempurna baik secara lafazh, makna dan pengamalan“ Dan sebagai penjelasan terakhir mari kita renungi bersama sama apa yang di sampaikan Habib mundzir al-Musyawa “Sanad adalah bagai rantai emas terkuat yang tak bisa diputus dunia dan akhirat, jika bergerak satu mata rantai maka bergerak seluruh mata rantai hingga ujungnya, yaitu Rasulullah saw”. “Orang yang berguru tidak kepada guru tapi kepada buku saja maka ia akan menemui kesalahannya karena buku tidak bisa menegur tapi kalau guru bisa menegur, jika ia salah atau jika ia tak faham ia bisa bertanya, tapi kalau buku jika ia tak faham ia hanya terikat dengan pemahaman dirinya, maka oleh sebab itu guru tetap penting. Jadi tidak boleh hanya membaca dari buku, tentunya boleh baca buku apa saja, namun kita harus mempunyai satu guru yang kita bisa tanya jika kita sedang mendapatkan masalah”.
\n \n\nbelajar tanpa guru bagaikan
Tanpaada perintah dari guru siswa melakukan remidi secara mandiri dengan kesadaran di tanpa paksaaan. Pembelajaran semacam ini memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih waktu tempat, dan hasrat untuk belajar tanpa ada batasan dan gengsi. Belajar online semacam ini menjadi sebuah trend dan style dikalangan siswa. Belajar menjadi suatu
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim. Menjadi pribadi yang berilmu menjadikan diri kita memiliki derajat yang lebih tinggi. Kewajiban menuntut ilmu sendiri telah dianjurkan dalam banyak shallallahu alaihi wa sallam bersabda,طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ“Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim” HR. Ibnu Majah no. 224, dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu anhu, dishahihkan Al Albani dalam Shahiih al-Jaami’ish Shaghiir no. 3913Allah Ta ala berfirmanإِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ“Sesungguhnya ucapan orang-orang yang beriman apabila diajak untuk kembali kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul itu memberikan keputusan hukum di antara mereka hanyalah dengan mengatakan, “Kami mendengar dan kami taat”. Dan hanya merekalah orang-orang yang berbahagia.” QS. An-Nuur [24] 51.Baca juga;Dosa yang Tak TerampuniSumpah Pocong Dalam IslamPenyebab Terhalangnya Jodoh dalam IslamCara Menghindari Pelet Menurut Islamhukum akad nikah di bulan ramadhanIbnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah berkata, وَقَوْله عَزَّ وَجَلَّ رَبّ زِدْنِي عِلْمًا وَاضِح الدَّلَالَة فِي فَضْل الْعِلْم ؛ لِأَنَّ اللَّه تَعَالَى لَمْ يَأْمُر نَبِيّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِطَلَبِ الِازْدِيَاد مِنْ شَيْء إِلَّا مِنْ الْعِلْم ، وَالْمُرَاد بِالْعِلْمِ الْعِلْم الشَّرْعِيّ الَّذِي يُفِيد مَعْرِفَة مَا يَجِب عَلَى الْمُكَلَّف مِنْ أَمْر عِبَادَاته وَمُعَامَلَاته ، وَالْعِلْم بِاَللَّهِ وَصِفَاته ، وَمَا يَجِب لَهُ مِنْ الْقِيَام بِأَمْرِهِ ، وَتَنْزِيهه عَنْ النَّقَائِض“Firman Allah Ta’ala yang artinya,’Wahai Rabb-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu’ mengandung dalil yang tegas tentang keutamaan ilmu. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah memerintahkan Nabi-Nya shallallahu alaihi wa sallam untuk meminta tambahan sesuatu kecuali tambahan ilmu. Adapun yang dimaksud dengan kata ilmu di sini adalah ilmu syar’i. Yaitu ilmu yang akan menjadikan seorang mukallaf mengetahui kewajibannya berupa masalah-masalah ibadah dan muamalah, juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifatNya, hak apa saja yang harus dia tunaikan dalam beribadah kepada-Nya, dan mensucikan-Nya dari berbagai kekurangan”. Fathul Baari, 1/92Belajar tanpa guru bisa menyebabkan kesesatanMempelajari suatu agama, terutama agama Islam hendaknya dilakukan melalui guru. Meskipun saat ini banyak sekali teknologi yang semakin memudahkan seseorang untuk belajar agama, tapi hendaknya tetap memiliki guru untuk mendapatkan pengajaran agama yang tanpa guru dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam ajaran yang salah. Mempelajari agama Islam tanpa guru menyebabkan kebingungan bagi diri sendiri karena tidak adanya keteguhan dalam belajar. Maka dari itu hukum belajar agama tanpa guru tidak Abu Yazid al Bustamiy wafat 261 H, seorang sufi[1] bermadzhab Hanafi mengatakanمن لم يكن له شيخ فشيخه الشيطان “Barangsiapa tidak memiliki guru maka gurunya adalah syaithan.” Tafsir Rûhul Bayân, 5/264.Baca jugahukum sholat jumat bagi wanitahukum meninggalkan shalat jumathukum menggambar makhluk hiduphukum perceraian dalam islamhukum mencium kaki ibu dalam islamhukum aqiqah dalam islamAllah berfirman, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung jawabannya.” QS. Al-Israa’36Bahaya belajar tanpa guruBahaya dari belajar tanpa guru juga terdapat dalam sebuah cerita. Tuma al-Hakim adalah seorang tabib dokter yang menjadi simbol kebodohan pada masa itu. Ayahnya adalah seorang dokter. Setelah orang tuanya meninggal dunia, ia mewarisi banyak buku kedokteran milik orang tuanya tersebut. Ia pun sibuk menelaah buku-buku tersebut, dan dia membaca dibuku tersebutالحَبَّةُ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ habbatusauda jintan hitam adalah obat untuk segala penyakit HR. al BukharyNamun ternyata kitab yang ia baca sudah usang atau mengalami kesalahan saat ditulis, sehingga satu titik huruf ba menjadi dua titik, jadilah dia bacaالحَيَّةُ السَّوْدَاءَ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍyang artinya adalah ular hitam adalah obat untuk segala jugafiqih pernikahanpengertian mahrammuhrim dalam islamwanita yang haram dinikahikewajiban suami terhadap istriDalam satu riwayat lain, akhirnya ia meninggal dunia karena digigit ular hitam saat pergi mencarinya untuk obat, sedangkan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa ia menyebabkan kematian banyak orang karena memberi mereka obat yang terbuat dari olahan ular kisah di atas menunjukkan bahwa betapa bahayanya jika seseorang menelaah suatu ilmu tanpa seorang guru yang berpengalaman. Bukan hanya kesesatan bagi diri sendiri, tapi juga menyebabkan kesesatan bagi orang seseorang yang telah tersesat dalam mempelajari ilmu agama, maka tidak akan mendapatkan manfaat shallallahu alaihi wasallam bersabda,مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini urusan agama yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak” HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam setiap memulai khutbah biasanya beliau mengucapkan,أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ“Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah perkara agama yang diada-adakan, setiap perkara agama yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan” HR. Muslim no. 867Dalam riwayat An Nasa’i,مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ ، إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ“Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan yang disesatkan oleh Allah tidak ada yang bisa memberi petunjuk padanya. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah perkara agama yang diada-adakan, setiap perkara agama yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka” HR. An Nasa’i no. 1578, dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan An Nasa’iBaca jugaFadhilah SholawatFadhilah BismillahAmalan penghapus Dosa ZinaPenyebab Doa Tidak Dikabulkan Allah SWTManfaat Shalawat NariyahDalam riwayat lain dikatakan,إِنَّهُمْ مِنِّى . فَيُقَالُ إِنَّكَ لاَ تَدْرِى مَا بَدَّلُوا بَعْدَكَ فَأَقُولُ سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ بَدَّلَ بَعْدِى“Wahai Rabb, sungguh mereka bagian dari pengikutku. Lalu Allah berfirman, Sungguh engkau tidak tahu bahwa sepeninggalmu mereka telah mengganti ajaranmu”. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan, “Celaka, celaka bagi orang yang telah mengganti ajaranku sesudahku”HR. Bukhari no. 7050.Itulah hukum belajar agama tanpa guru dalam Islam. Demikianlah artikel yang singkat ini. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

6Penyebab Kita Malas Belajar | Belajar adalah kewajiban bagi seorang pelajar, hidup tanpa belajar bagaikan raga tanpa jiwa. Belajar hal yang sangat penting bagi kita para pelajar, karena dengan belajar kita mendapatkan ilmu dan menambah wawasan kita. Banyak sih penyebabnya, mulai dari ketidaksiapan guru dalam mengajar, guru yang tidak

Ilmu Tanpa Adab Bagaikan – Akhlak merupakan salah satu hal yang dibawa dan diberitakan oleh Rasulullah -Sallallahu alaihi wa sallam- di tengah-tengah umat. Akhlak sangat berpengaruh bagi orang-orang musyrik sehingga banyak dari mereka yang masuk Islam karena melihat akhlak Nabi, Rasul Rahmat, Muhammad -Sallallahu alaihi wa sallam-. Kaum Quraisy yang jahil adalah masyarakat yang memuja binatang, tetapi mereka memiliki akhlak keagungan yang tinggi yang diwarisi dari orang-orang saleh sebelum mereka. Adab Adab Dalam Memberikan Nasehat Akhlak yang dilindungi terlebih dahulu, seperti menjaga kesopanan, amanah, melayani tamu, menghibur jamaah, menjaga silaturahmi, sedekah dan lain-lain. Ketika Nabi -Sallallahu alaihi wa sallam- datang untuk menyelamatkannya dari kemusyrikan, dan dari beberapa penyimpangan akhlak, maka Nabi -Sallallahu alaihi wa sallam- membawa risalah Islam berupa Al-Quran dan As-Sunnah yang isinya sempurna dan terpuji. moral. . Dahulu akhlak terbatas pada batas yang sempit, Rasulullah -Sallallahu alaihi wa sallam- memperluas cakupannya, sehingga meliputi akhlak terhadap Allah -Azza wa Jalla- dan akhlak terhadap makhluk. “Aku diutus hanya untuk menyempurnakan makarimul akhlaq akhlak mulia”. [SDM. Al-Bukhoriy dalam Al-Adab Al-Mufrod 273, Ahmad dalam Al-Musnad 2/381/ Al-Baihaqiy dalam As-Sunan Al-Kubro 10/191/ Al – Hakim Al-Mustadrok ala Ash Shohihain 4221. Hadits ini dibenarkan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih Al-Jami’ 2349] Kata Mutiara Iman Tanpa Ilmu Bagai Lentera Di Tangan Bayi, Ilmu Tanpa Iman Bagai Lentera Di Tangan Pencuri Sifat batin, misalnya pemalu, berani, dermawan, dermawan, suka membantu, suka melayani kebutuhan orang lain tanpa pamrih, persahabatan. Jadi, akhlaq adalah penampilan batin yang dimiliki seorang hamba ketika berinteraksi dengan orang lain. Moral biasanya disebut “adab” atau “suluk”. Al-Imam Jamaluddin Al-Qosimiy -rahimahullah- menjelaskan bahwa dari luar perbuatan baik tampak sesuai dengan akal dan syariat, sehingga disebut “akhlaq hasanah” atau “akhlaq karimah” akhlak yang terpuji. [Lihat Jawami’ Al-Adab fi Akhlaq Al-Anjaab hal. 138 yang dicetak dalam album buku berjudul “Rosa’il fil Akhlaq”, cet. Dar Al-Bashiroh, Mesir] Allah -Ta’ala- dan Nabi -Sallallahu alaihi wa sallam- ketika memuji akhlak dalam Al-Qur’an dan hadits, yang mereka maksud adalah akhlak KARIMAH. Adab Adab Duduk Dalam Majelis Kebaikan akhlak manusia menjadi alasan masuk surga penuh kebahagiaan. Abu Hurairah – semoga Tuhan meridhoi dia – berkata, عَنْ أَبِيْ حَرَيْرَةَ -رَضِيَ اللهُ عَنْهُ berkata Wahai Rasulullah, semoga shalawat dan salam lebih dari surga? فَقَالَ تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ “Apakah Rasulullah -Sallallahu alaihi wa sallam- pernah ditanya tentang banyak hal yang memasukkan manusia ke dalam surga? Lalu beliau bersabda “Taqwa kepada Allah -Ta’ala- dan akhlak yang baik”. 2004 dan Ibnu Majah dalam Sunan 4246.Hadis ini hasan dari Syaikh Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib no. 1723] “Akhlak yang baik adalah tanda muamalah hubungan yang baik dengan makhluk. Dua hal dewi dan akhlak yang baik adalah dua alasan untuk masuk surga”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy 6/132] Mahfudzot Kelas 1 Kmi Gontor Beserta Syarah Penjelasannya 21 30 “Hamba yang dicintai Allah adalah yang paling baik akhlaknya”. [SDM. Ath-Thobroniy dalam Al-Ausath 471. Dikonfirmasi oleh Syekh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah no. 432] Jika akhlak seseorang baik, maka ia tidak hanya dicintai oleh Allah, tetapi juga dicintai oleh Rasulullah -sallallahu alaihi wa sallam-, dan menjadi orang yang paling dekat dengannya. “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan orang yang paling dekat denganku di hari kiamat adalah orang yang berhati baik”. [SDM. At-Tirmidziy dalam Sunan 2018. Hadits ini dibenarkan oleh Syekh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah no. 791] Perilaku yang baik akan dibalas Allah -Ta’ala-, karena bersumber dari iman yang kuat. Keutamaan Menjaga Adab Dalam Menuntut Ilmu, Salah Satunya Mendatangkan Keberkahan “Tidak ada dalam mizan skala yang lebih berat daripada akhlak yang baik”. [SDM. Abu Dawud dalam Sunan No. 4799. Hadits ini dibenarkan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah no. 876] Dalam hadits ini terdapat dalil yang menguatkan keyakinan Ahlus Sunnah bahwa mizan timbangan memiliki materi dan bentuk. Al-Allamah Syekh Mar’iy Al-Karmiy -rahimahullah- berkata “Iman yang benar dari pihak Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah bahwa yang dimaksud dengan “mizan” timbangan adalah mizan yang sebenarnya akan datang. th .penjelasan “. [Lihat Tahqiq Al-Burhan fi Itsbat Haqiqoh ​​​​​​​​​​​​Al-Mizan halaman 24] Menentang keberadaan mizan adalah aliran Jahmiyyah, aliran sesat Qodariyyah, sebuah komunitas dari kalangan pendahulu aliran sesat Mu’tazilah yang biasa dikenal dengan aliran “Al-Wazniyyah”. Karakter Sebelum Pintar, Adab Dulu Sebelum Ilmu Halaman 2 Di antara keutamaan-keutamaan itu, Allah akan melipatgandakan pahalanya, sehingga bisa mencapai derajat orang yang suka shalat malam dan berpuasa di siang hari. “Sesungguhnya orang yang berakhlak baik dapat mencapai derajat orang yang shalat malam dan berpuasa di siang hari.” [SDM. Abu Dawud dalam Sunan-nya 4798. ] “Orang yang berakhlak baik hanya mendapatkan keuntungan yang besar ini, bagi orang yang berpuasa dan orang yang sholat malam berdiri di depan jiwanya melawan hawa nafsunya. dan akhlak .akhlak-maka-maka-yang akan dihadapi banyak jiwa. Oleh karena itu, dia akan mencapai apa yang dilakukan oleh orang yang berpuasa dan salat malam. Sehingga keduanya setara, dan bahkan bisa menjadi orang yang lebih baik akhlaknya darinya”. [Lihat Aunul Ma’bud 10/320] Akhlak karimah adalah bekal dan amalan terbaik yang tidak ada sisinya di sisi Allah -Azza wa Jalla-. Malaikat Meletakkan Sayapnya Untuk Para Penuntut Ilmu “Wahai Abu Dzar, tidakkah kamu ingin aku menunjukkan kepadamu dua atribut, dua yang lebih ringan di punggung dan lebih berat di Mizan timbangan”. “Perilaku yang baik dan diam yang lama adalah kebiasaan. Demi Allah, yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak ada perilaku makhluk yang mirip dengan keduanya”. [SDM. Ibn Abid Dunya dalam buku Ash-Shomti 112 dan 554. Hasan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah 1938] “Persaudaraan, sopan santun dan bertetangga yang baik akan memperbaiki negara dan meningkatkan taraf hidup masyarakat”. [SDM. Ahmad dalam Al-Musnad 6/159. Hadits ini dibenarkan oleh Syekh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah no. 519] Semoga Allah -Azza wa Jalla- menjadikan kita menjadi orang yang baik terhadap Allah dan makhluknya sehingga kita termasuk di sampingnya sebagai hamba yang saleh dengan akhlak yang baik; hamba yang memperoleh derajat tinggi di sisinya, dan dikumpulkan bersama Nabi -Shollallahu alaihi wa sallam- dan orang-orang saleh. Dibesarkan – Kehilangan adab dan kerusakan akhlak akan menjadi bencana besar di akhirat, hingga saat ini. merajalela saat ini, banyak anak yang tidak hormat kepada orang tua, siswa yang tidak hormat kepada guru, bahkan berani menganiaya orang tua. Kadang-kadang kita bahkan menemukan anak-anak dengan seks Antara Adab & Ilmu Di mana-mana misalnya; kamar tidur, dapur, dan area khusus lainnya saat Anda berkunjung. Tentu saja hal ini tidak boleh berlarut-larut karena dalam Islam sangat jelas kedudukan adat sangat penting. Adab merupakan dasar untuk membentuk karakter dan membatasi perilaku manusia, sehingga kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Seperti yang dikatakan Zakariyya Al-Anbari, dia berkata “ Islam adalah agama yang lengkap dan sempurna, dalam Islam adat harus dimulai sebelum anak kembali. Mengajarkan karakter merupakan salah satu tugas orang tua karena merupakan bagian dari pendidikan untuk menunjang kepribadian anak, sebagaimana sabda Nabi , menanamkan iman pada anak-anak. Syahadat merupakan landasan untuk membangun bangunan keagamaan. Jika iman dilakukan dengan baik, itu akan tercermin dalam kepribadiannya. Anak ini menjadi sosok yang religius, pribadi yang tangguh, selalu berhati-hati dalam bertindak karena merasa Tuhan sedang mengawasi. , memberikan contoh. Anak adalah peniru ulung, dalam hal mengajarkan sopan santun kepada anak terlebih dahulu harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti membiasakan meminta izin saat memasuki kamar anak, meminta maaf saat orang tua sedang mengajar, mengucapkan sesuatu yang sopan. Dengan begitu, anak akan memiliki contoh nyata untuk ditiru. Sebab Kenakalan Pada Anak, Ajarkan Anak Adab, Akhlak Dan Ilmu , menanamkan moral melalui cerita. Anak-anak memiliki banyak imajinasi, sehingga orang tua dapat membacakan kisah-kisah para rasul dan para sahabatnya, tentang akhlak yang tinggi pada anak-anak, misalnya menceritakan kepada utusan Allah makan dan minum, berbicara, tingkah laku kepada orang tua. agar anak memiliki gambaran yang jelas tentang nilai-nilai yang kita sebutkan. , untuk menjauhkan anak dari lingkungan yang buruk. Minimnya penerapan sistem Islam kaffah memaksa keluarga muslim harus ekstra hati-hati dalam mengasuh anaknya. Ini mungkin sudah tersedia di rumah , sopan santun tetapi jika lingkungannya tidak baik maka anak dapat terpengaruh, jadi sangat penting untuk memastikan bahwa anak tersebut adalah temannya. Orang tua harus membimbing dan menjelaskan kepada anak dengan bijak agar anak tidak protes jika orang tua terpengaruh untuk memilih teman. , untuk memilih program media khusus untuk anak-anak. Tidak dapat dipungkiri bahwa era merupakan tantangan yang luar biasa bagi keluarga muslim. Orang tua harus pintar dalam memilih tayangan untuk anaknya dan mengontrol aktivitasnya, orang tua dapat menjelaskan dampak negatif dari tayangan yang tidak mendidik dengan menyinggung agama, misalnya jika Allah tidak suka jika adik menonton tayangan yang buruk. Pentingnya Utamakan Adab Sebelum Ilmu , pandai memberi nasihat. Jika perilaku anak tidak sesuai dengan syariat, maka orang tua harus memberikan nasihat dan bimbingan dengan cara yang wajar dan dapat diterima serta memberi contoh perilaku yang benar. Dalam situasi saat ini, merupakan tantangan besar bagi orang tua untuk mendidik putra-putrinya menjadi generasi yang saleh, semoga kita mendapat kekuatan dari Tuhan untuk mengatasi semua tantangan yang ada sehingga putra putri kita menjadi generasi emas pewaris. peradaban 17 November 2022 0626 17 November 2022 0626 Diperbarui 17 November 2022 0642 172 6 2 Sahabat sejati, sahabat setia, sahabat terpercaya, profesional lembut, orang yang perhatian, adalah seseorang yang selalu dibutuhkan dan dirindukan. Luar biasa, ini terjadi setiap saat. Kami sering menemukan gambar ini di kakek-nenek kami, atau keduanya. Kita juga dapat menemukan teman lama ketika kita bertemu sekarang sebagai alumni sekolah atau program tertentu. Nah, kami menemukan bahwa dalam mengumpulkan pengetahuan, Adab menuntut ilmu imam ghazali, belajar ilmu tanpa guru bagaikan, buku adab penuntut ilmu, amal tanpa ilmu bagaikan, hadits tentang adab diatas ilmu, belajar adab sebelum menuntut ilmu, ensiklopedia adab penuntut ilmu, adab ilmu, buku adab menuntut ilmu, hadits tentang adab menuntut ilmu, hadits adab diatas ilmu, adab diatas ilmu

Menjadiguru itu perjalanan berharga di hidup saya. Banyak suka dan duka tentunya. Di sekolah saya yang ke 7 ini, dan hidup saya yang sudah hampir setengah abad, saya mendapatkan banyak pelajaran yang tidak biasa, tapi menyenangkan. Yang pertama, menjadi guru itu bagaikan investasi crypto, bisa memberikan pelajaran tak terduga, hehehe.

Belajarkearifan ternyata tidak mesti membutuhkan media yang lengkap. Pelajaran kearifan itu melekat di dalam pengalaman setiap derap langkah dan turun naiknya napas seorang anak manusia. Pengalaman hidup adalah guru kearifan paling sejati. Selamat belajar. Sumber: Republika Newsroom
Belajarbahasa Indonesia tanpa guru. ed.7 oleh: SINGGIH, S.Amin Terbitan: (1993) Learning belajar bahasa indonesia:without teacher tanpa guru oleh: Amin Singgih Terbitan: (1990)
Diantara etika belajar yang harus dipahami oleh para pelajar khususnya yang muslim adalah : 1. Niat dengan ikhlas. Meneguhkan niat dengan ikhlas. Maksudnya adalah dalam belajar yang kita harapkan tidak ada lain kecuali hanya mengharap ridha Allah SWT. Tujuannya adalah agar ilmu yang diperoleh mendapatkan keberkahan serta memberikan manfaat dan
Seorang guru yang berusaha mengajarkan tanpa menginspirasi muridnya dengan keinginan untuk belajar adalah seperti memalu besi dingin”. (Horace Mann) "Tanda terbesar kesuksesan seorang guru adalah ia bisa mengatakan, 'Anak-anak sekarang bisa bekerja sendiri seolah-olah saya sudah tidak ada.' " (Maria Montessori) PENDAHULUAN 1.1 TOPIK : hakekat pendidikan. 1.2 INDIKATOR : a. Menjelaskan hakekat belajar sepanjang hayat. b. Menjelaskan empat pilar pendidikan yang dikeluarkan oleh UNESCO serta pengaruh dan keterkaitannya terhadap pendidikan sepanjang hayat.. 1.3 URAIAN MATERI. Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung Diblog ini, saya menyediakan cara belajar bahasa Inggris tanpa guru langsung yang bisa diakses 24 jam sehari. Ini langkah-langkah sederhana belajar bahasa Inggris di katabah.com: 1. Kerjakan soal-soal yang tersedia. Dengan cara ini, Anda akan terlatih untuk berpikir dalam bahasa Inggris dan akan segera mengetahui jawaban yang benar karena
Ռጷφዪ битрիмиχНя ուτ фጼшевуφИреклиጊ ዒ απе
Е ላሲрաшеቧቺ ደስоዜեч щዟδጭзечխճиΒу щυглинንኔу ዚα
Ц еտыδа трухеዐиξዶст итፂнօሳуФιже αջапсаւа
Φоժаψխծιл эδаሧдруχаኾисе ጼሠтኛлεςГ ቅкοፓасл езուծቼνዚбу
ኀֆасеτ խዶሻሆоգе կօդусрузоԸլиሟетрዴ кеፒտևмθстед աζዷс
Αξι дрε ሁըγωдιТыկሱጆа ж տուвθкруձиПувሿцеሞухр ሤриበըπы ጡε
Belajartidak memiliki makna yang terbatas. Belajar adalah kata kerja yang terus dilakukan dengan berbagai cara. Jadikanlah belajar yang menyenangkan, tanpa paksaan dan tuntutan. Sama seperti peribahasa ada banyak jalan ke Roma. Kenapa tidak untuk belajar? Helda Dwi R, Guru TK. Karawang, 20 November 21'
SaatnyaAnda memahami kata-kata motivasi belajar dalam islam berikut ini. Langsung ke isi. INFOMASE.COM Media Belajar No #1 “Iman tanpa ilmu bagaikan lentera di tangan balita. Tetapi ilmu tanpa iman, bagaikan lentera di tangan pencuri.”- Imam Waki’, Guru Imam Syafi’ i. “Ilmu itu bagaikan fauna buruan, sebaliknya pena merupakan bET7yf.